Desember 2015
Ternak Ayam ~ Lalat yang tidak menggigit yang ditemukan pada peternakan ayam dapat menimbulkan masalah kesehatan dan sanitasi pada pengelola peternakan dan penduduk di sekitarnya. Peternakan ayam skala besar akan menghasilkan kotoran dan limbah dalam jumlah yang besar sehingga dapat mengakibatkan timbulnya bau dan mendukung perkembangbiakan lalat. Jenis lalat tidak menggigit yang biasanya ditemukan pada peternakan ayam, meliputi lalat rumah (spesies Musca domestica), lalat rumah kecil (spesies Fannia canicularis), lalat pantai (spesies Fannia Femoralis), lalat "kamar kecil" (spesies Fannia scalaris), lalat kandang palsu (spesies Muscina stabulans), beberapa spesies lalat tiup (famili Calliphoridae), dan lalat daging (Sarcophagidae).

Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam

Lalat mengeluarkan telur (beberapa spesies Sarcophagidae menyimpan larva) di dalam kotoran ayam, pakan yang tumpah dan lembab, atau di dalam karkas ayam mati. Pada cuaca panas, lalat rumah dapat melengkapi siklusnya selama 8 hari, tetapi pada cuaca dingin membutuhkan lebih dari 6 minggu.

Beberapa ahli melaporkan bahwa lalat mempunyai peranan sebagai vektor beberapa penyakit pada unggas sehubungan dengan adanya aktivitas lalat untuk mengkonsumsi kotoran/cairan tubuh dan makanan/pakan yang diregurgitasi (dimuntahkan) oleh unggas.

Penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat adalah Newcastle disease (ND), fowl cholera, tuberkulosis avian, dan botulisme. Lalat rumah dan larvanya dapat bertindak sebagai hospes perantara cacing pita Choanotaenia infundibulum pada ayam dan kalkun. Lalat rumah dan lalat tiup dapat membawa telur Heterakis gallinarum yang mungkin mengandung protozoa Histomonas meleagridis sebagai penyebab histomoniasis. Lalat tiup hitam (spesies Phormia regina) dapat meletakkan telurnya pada luka ayam, kalkun, angsa dan kerapkali larva yang berkembang dapat merusak jaringan unggas tersebut.

Pengendalian lalat pada peternakan ayam merupakan masalah yang sulit, khususnya pada peternakan ayam petelur yang dipelihara di dalam kandang baterai. Pengendalian lalat hendaklah didasarkan pada manajemen hama terpadu (integrated pest management), pengendalian secaa biologik menggunakan parasit dan predator, dan pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida.

Pendekatan manajemen hama terpadu diharapkan dapat membantu untuk menekan populasi lalat sampai pada tingkat yang tidak menimbulkan masalah tertentu. Kotoran ayam harus dijaga agar tingkat kelembabannya <60 %. Udara yang bertiup di atas kotoran ayam harus cukup agar kotoran tersebut tetap kering. Demikian juga, letak bangunan, sistem perkandangan, saluran air, pembersihan kotoran, sanitasi/desinfeksi kandang harus dirancang secara baik untuk mencegah perkembangbiakan lalat.

Pengendalian lalat secara biologik menggunakan predator belum umum digunakan di Indonesia. Predator yang digunakan untuk menekan populasi lalat, misalnya tungau, kumbang, dan kelompok Histeridae lainnya.
Penggunaan insektisida untuk mengendalikan lalat hanya akan berhasil jika didukung oleh tindakan sanitasi yang ketat. Insektisida yang digunakan harus berasal dari jenis yang diijinkan untuk peternakan ayam. Insektisida dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu penyemprotan kabut buatan (fog) pada ruangan atau lokasi tertentu, penyemprotan pada permukaan yang meninggalkan residu insektisida, pemberian umpan lalat, dan penggunaan larvisida.

Pemberian larvisida untuk mengendalikan larva lalat di dalam kotoran ayam dapat dilakukan dalam bentuk cair, kering, atau dicampur dengan pakan ayam. Penggunaan larvisida sebaiknya hanya membunuh larva lalat saja dan tidak membunuh semua predator atau parasit lain di dalam kotoran ayam sehingga akan mengganggu keseimbangan antara larva lalat dan predator atau parasit.

Lalat kerapkali menjadi resistan terhadap suatu jenis insektisida tertentu setelah digunakan selama beberapa periode. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu mengadakan rotasi terhadap penggunaan insektisida. Pengendalian lalat biasanya lebih efektif jika dilakukan penanggulangan secara terpadu, meliputi kombinasi penggunaan umpan lalat, penyemprotan permukaan yang meninggalkan residu insektisida atau larvisida dan didukung oleh tindakan manajemen yang optimal, khususnya santasi yang ketat.

Sumber : Google
Ternak Ayam ~ Lalat hitam dikenal juga sebagai gnat kalkun atau gnat kerbau, termasuk dalam famili Simuliidae dan ordo Diptera, yang berarti "dua sayap". Lalat tersebut mempunyai ukuran yang mirip dengan nyamuk, kecuali berwarna hitam, pendek, mempunyai punggung yang bungkuk, dan berkaki pendek.
Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam

Stadium muda lalat tersebut bersifat akuatik dan biasanya lebih menyukai air yang mengalir. Larva dan pupa biasanya menempel pada batu-batuan atau tanaman di bawah air. Beberapa spesies lalat hitam menyerang unggas di berbagai daerah di dunia. Lalat tersebut biasanya mengisap darah pada siang hari dan pada infestasi yang berat dapat menimbulkan anemia. Lalat hitam dapat juga menularkan Leucocytozoon sp. pada ayam.

Tempat perkembangbiakan lalat hitam terbatas pada air mengalir, meliputi teluk, aliran air, sistem pengairan, dan sistem drainase. Telur biasanya diletakkan pada batu, kayu, tanaman yang terapung, atau diletakkan di dalam air mengalir. Telur mungkin menetas selama beberapa hari, berkumpul pada kepala unggas, kemudian menembus kulit dan mengisap darah.

Lalat hitam sangat merugikan di daerah beriklim sedang ataupun tropik. Beberapa spesies Simulium dapat menimbulkan kerugian pada ayam dan kalkun dan dapat terbang beberapa mil untuk mencari hospes yang sesuai. Simulium occidentale dapat menularkan Leucocytozoon smithi pada itik peliharaan maupun itik liar. Beberapa spesies lalat hitam juga dilaporkan dapat menularkan Nematoda yang tergolong spesies Ornithofilaria fallinsensis pada itik peliharaan atau itik liar. Lalat hitam biasanya bergerombol di bagian kepala unggas, kemudian menembus kulit dan mengisap darah.

Pengendalian lalat hitam tergolong sulit karena serangga tersebut berkembang di dalam air, yang kerapkali letaknya jauh dari peternakan ayam dan jika dilakukan pemberian insektisida dapat membunuh ikan yang hidup di lingkungan tersebut. Beberapa ahli melaporkan bahwa pemberian 2 % temefos dalam bentuk granul dapat menekan jumlah larva dan lalat hitam dewasa. 

Pengendalian lalat tersebut dapat juga dilakukan dengan agen biologik, misalnya Bacillus thuringiensis varietas israelenis. Metode pengendalian tersebut biasanya dilakukan setiap minggu pada daerah yang menjadi tempat perkembangbiakan lalat hitam.

Sumber : Google
Mengenal Tindakan Pencegahan Hama Kumbang Pada Ayam ~ Kumbang termasuk ordo Coleoptera dan pada umumnya merupakan parasit tidak langsung pada unggas, walaupun beberapa spesies kadang-kadang berparasit pada kulit. Kumbang yang hidup di dalam litter atau lingkungan kandang biasanya dimakan oleh ayam sehingga dapat mendukung penularan parasit yang kebetulan berada di dalam tubuh serangga tersebut.


Kumbang yang hidup di dalam kandang ayam dapat menimbulkan kerugian ekonomik pada industri perunggasan karena peranannya sebagai vektor beberapa penyakit dan dapat merusak insulator di dalam kandang ayam.

Beberapa jenis cacing pita yang dapat ditularkan oleh kumbang adalah Raillietina cesticillus, Raillietina magninumida, Choanotaenia infundibulum, Hymenolepis carioca, Hymenolepis diminuta, dan Hymenolepis cantaniana. Di samping itu, beberapa jenis virus dan bakteri dapat juga ditularkan oleh kumbang yang kebetulan mengkonsumsi karkas ayam yang terinfeksi.
Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam


Kumbang gelap dapat merupakan reservoir atau carrier mekanik sejumlah agen infeksius, meliputi Aspergillus sp, Escherichia coli, Salmonella sp, Streptococcus sp, Virus Mareks disease, dan virus Gumboro. Kumbang-kumbang tersebut juga merupakan sumber pakan alternatif untuk anak ayam sehingga meningkatkan resiko penularan penyakit dan dapat menghambat pertumbuhan ayam. Kumbang-kumbang tersebut juga merupakan vektor/hospes perantara bagi penyakit asal endo parasit pada ayam. Insulator yang digunakan dalam kandang sistem tertutup dapat juga dirusak oleh beberapa jenis kumbang, misalnya cacing pakan kecil (lesser mealworm), cacing pakan kuning (yellow mealworm), dan kumbang tangga.

Kumbang yang sering ditemukan di dalam kandang ayam di berbagai daerah di dunia adalah kumbang gelap (cacing pakan kecil). Kumbang tersebut hidup di dalam litter dan mengkonsumsi pakan ayam yang tumpah, kotoran, dan ayam yang sekarat atau mati. Kumbang gelap berukuran kecil, sekitar 0,5 cm dan dapat ditemukan di bawah tempat pakan atau pada dinding kandang ayam. Larva kumbang tersebut menyerupai cacing dan menghindari cahaya.

Di samping kumbang gelap, terdapat juga jenis kumbang lain, yaitu Histerid dan Staphylinid yang hidup di dalam litter. Kedua jenis kumbang tersebut kerapkali dikelirukan dengan kumbang gelap.

Kumbang dapat ditemukan di dalam seluruh bagian kandang ayam, telur, larva, pupa, dan kumbang dewasa dapat dijumpai di dalam litter dan tanah. Sehubungan dengan kemampuan kumbang untuk memanfaatkan semua bagian kandang ayam, maka parasit tersebut sulit untuk dikendalikan dengan satu metode pengendalian saja. Sanitasi/desinfeksi dan pemberian insektisida yang tepat pada kandang ayam dan perlengkapannya kerapkali dapat mengendalikan populasi kumbang sampai pada tingkat yang tidak merugikan.

Sumber : Google
Mengenal Tindakan Pencegahan Hama Pinjal ~ Pinjal tergolong ordo Siphonaptera, yang bersifat parasitik pada stadium dewasa, tetapi hidup bebas pada stadium larva. Pinjal berwarna cokelat sampai hitam dan mengisap darah berbagai jenis hospes. Pinjal memiliki tubuh pipih pada kedua sisi lateral dan ruas pertama pada setiap kakinya berukuran besar sehingga mempunyai kemampuan untuk meloncat.

Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam


Pinjal tersebar luas di berbagai negara di dunia, meskipun populasinya lebih tinggi di daerah beriklim panas atau sedang. Beberapa jenis pinjal yang ditemukan pada unggas adalah pinjal melekat erat, pinjal ayam eropa, dan pinjal ayam barat.

Pinjal melekat erat tergolong spesies Echidnophaga gallinacea, yang ditandai oleh bagian mulut yang terbenam di dalam kulit hospes sehingga sukar dilepas. Pinjal melekat erat dapat ditemukan pada ayam, kalkun, burung dara, burung puyuh, berbagai jenis burung liar, manusia, dan berbagai jenis mamalia.

Pinjal melekat erat tidak menularkan agen penyakit infeksius pada ayam. Kerugian yang ditimbulkan oleh pinjal tersebut berhubungan dengan iritasi dan kehilangan darah, penurunan produksi telur, dan pada ayam muda dapat berakhir dengan kematian.

Pinjal ayam eropa tergolong spesies Ceratophyllus gallinae dan dapat dijumpai pada ayam, burung dara, berbagai jenis burung liar, manusia dan mamalia. Pinjal dewasa hanya melekat pada hospes selama mengisap darah, sedangkan bentuk larva tinggal di dalam sangkar bertelur atau di berbagai bagian kandang dan peralatan lainnya.

Pinjal ayam barat tergolong spesies Ceratophyllus niger dan dapat ditemukan pada ayam, kalkun, berbagai jenis burung, manusia dan mamalia.

Pengendalian pinjal terutama ditujukan pada sanitasi/desinfeksi dengan insektisida yang sesuai pada litter, kandang dan peralatan yang menjadi tempat tinggal pinjal tersebut.

Sumber : Google
Mengenal Tindakan Pencegahan Hama Kutu Ayam ~ Kutu merupakan ektoparasit yang sering ditemukan pada burung, termasuk ayam. Kutu ayam tergolong ordo Mallophaga, yaitu kutu yang mengunyah. Kutu tersebut terjadi karena adanya mandibula yang tergolong jenis pengunyah, yang terletak di bagian ventral kepala, metamorfosis yang tidak sempurna, tidak mempunyai sayap, tubuh yang pipih  di bagian dorso-ventral, dan adanya antene pendek yang mempunyai 3-5 segmen. Mallophaga mempunyai kepala lebar (paling sedikit sama lebar dengan toraks) dan mandibula yang mengeras dan berpigmen.Baca selengkapnya tentang Gambar Kandang Ayam atau ada yang ingin membuat Kandang Ayam



Sekitar 40 spesies kutu pengunyah telah diidentifikasi, namun hanya beberapa spesies kutu yang sering ditemukan pada unggas peliharaan. Unggas biasanya menjadi hospes beberapa jenis kutu pada waktu yang bersamaan. Kutu dari spesies unggas tertentu dapat ditemukan pada jenis unggas yang lain melalui kontak fisik secara langsung.

Beberapa spesies kutu yang penting pada ayam adalah kutu pada kepala (Cuclotogaster heterographa), kutu bulu halus (Goniocotes gallinae), kutu ayam coklat (Goniodes dissimilis), kutu sayap (Lipeurus caponis), kutu tubuh (Menacanthus stramineus) yang ditemukan pada ayam, kalkun dan ayam mutiara, dan kutu tangkai bulu (Menopon gallinae) yang ditemukan pada ayam dan ayam mutiara.

Kutu mempunyai 3 bagian tubuh yang berbeda (sama dengan semua jenis Insecta), yaitu kepala, toraks (dada), dan perut. Insecta (insekta) mempunyai 3 pasang kaki yang melekat pada toraks. Berbagai jenis insekta mempunyai sayap, namun kutu tidak mempunyai sayap. Kutu berbadan pipih, mempunyai 6 kaki, dua cakar dan kepala berbentuk bulat. Mulut yang mempunyai gigi terletak pada bagian ventral kepala. Kutu betina dapat menghasilkan 50-300 telur pada bulu dari hospes. Waktu yang dibutuhkan sejak menetas sampai menjadi dewasa sekitar 4-6 minggu dan dapat menghasilkan beberapa generasi selama satu tahun.

Kutu dapat berpindah dari ayam yang satu ke ayam lainnya, jika ayam-ayam tersebut dipelihara pada kandang yang sama. Kutu jarang ditemukan pada peternakan ayam yang intensif.

Diagnosis infestasi kutu pada ayam didasarkan atas adanya kutu yang berwarna kecoklat-coklatan pada kulit atau bulu ayam. Panjang kutu pada unggas peliharaan bervariasi 1-6 mm. Kutu biasanya menghabiskan seluruh waktu hidupnya pada hospes. Telur akan diletakkan (melekat) pada bulu dan biasanya dalam bentuk bergerombol serta membutuhkan waktu 4-7 hari untuk menetas. Waktu hidup normal kutu dapat mencapai beberapa bulan, namun di luar tubuh hospes, kutu hanya dapat hidup selama 5-6 hari.

Kutu ayam biasanya makan ketombe kering, bulu atau kulit yang mengelupas. Beberapa spesies kutu, misalnya Menacanthus stramineus mengkonsumsi darah dngan cara menusuk tangkai bulu yang baru tumbuh atau daerah kulit yang mengalami iritasi. Iritasi yang terus menerus pada kulit akan menyebabkan ayam menjadi tidak tenang dan dapat mengakibatkan kelemahan umum. Ayam biasanya menggaruk dan mematuk kutu atau kulit yang mengalami iritasi. Kutu bulu dapat menyebabkan bulu menjadi kering dan berdiri.

Ayam yang terserang kutu dapat mengalami penurunan produksi telur sebesar 10%, bahkan pada infestasi berat penurunan produksi telur dapat mencapai 20%. Infestasi kutu yang berat dapat juga mempengaruhi konsumsi pakan dan selanjutnya dapat mengakibatkan penurunan berat badan pada ayam.

Kutu tidak bersifat sangat patogenik pada ayam dewasa, tetapi anak ayam yang terserang oleh kutu dapat mengalami kematian. Kutu dapat menimbulkan iritasi pada ujung saraf sehingga menyebabkan ayam tidak tenang. Infestasi kutu biasanya ditemukan bersamaan dengan manifestasi gangguan kesehatan, misalnya helmintiasis, penyakit infeksius, malnutrisi, dan sanitasi yang kurang memadai.

Pengendalian kutu membutuhkan pemberian insektisida yang aman untuk ayam. Pengobatan biasanya dilakukan dengan interval 7-10 hari dan biasanya obat yang diberikan hanya efektif untuk kutu dewasa dan muda. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengobatan ulangan diperlukan untuk membasmi kutu yang baru berkembang setelah pengobatan yang pertama.

Sanitasi yang ketat pada kandang ayam perlu dilakukan untuk menghilangkan bulu atau bahan lain yang menjadi sumber kutu. Pengamatan terhadap adanya kutu pada ayam perlu dilakukan secara periodik untuk mencegah agar infestasi kutu tidak meluas pada seluruh ayam dalam kandang. Pengobatan dengan insektisida akan lebih efektif jika infestasi kutu masih ringan dan hanya menyerang sejumlah kecil ayam dalam suatu populasi tertentu.

Sumber : Google Books